Jumat, 08 Januari 2010

resensi cerpen

judul : cinta
penulis : yanusa nugroho



cerpen menceritakan sepasang suami istri yang saling mencintai dan,sang suami yang selalu membanggakan istrinya,ella nama yang biasa ia memanggilnya.

kehidupan mereka sangatlah mapan apapun bisa mereka beli dengan sesuka hati,hingga datang masalah keuangan dan kecemburuan yang membuah mereka bertangkar, yang memungkin mereka tak tidur bersama kembali,tapi akhirnya sang suami memberanikan diri untuk bertemu si istri, dan suami melihat sang istri bersedih karena ia tinggalkan.dan akhirnya suami memaafkan sang istri

kalimat SPOK

                     PENGERTIAN KALIMATSekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memilikisubjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itubukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yangmembedakan kalimat dengan frasa.Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkanpikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulaidengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).                         POLA KALIMAT DASARSetelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kitatelah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri.                    JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYAMenurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pulaberupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif0, tidak setara(subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalamkalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.         
A. Kalimat Tunggal         Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dariunsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikankepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiriatas satu subjek dan satu predikat.  Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapatpula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P)kata kerja (berdiskusi).Kalimat itu menjadi :Mahasiswa berdiskusi                          S        PContoh lain:
1. Pertemuan APEC sudah berlangsung. S P

2. Teori itu dikembangkan. S P

Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat(ramah). Kalimat itu menjadi: Dosen itu ramah. S PContoh lain:1. Komputernya rusak. S P

2. Suku bunga bank swasta tinggi. S P

Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata

bilangan (sepuluh ribu rupiah).
Kalimat selengkapnya ialah Harga buku itu sepuluh ribu rupiah. S PContoh lain:1. Panjang jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer. S P

2. Masalahnya seribu satu. S P

Ketiga pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya.
Dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya. Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat- Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula. S P K

Perluasan kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III.

Perluasan predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan tempat di akhir 2 kalimat.Kalimat 2, yaitu
Dosen itu ramah dapat diperluas menjadi Dosen itu selalu ramah setiap hari. S P K

Kalimat 3, yaitu
Harga buku itu sepulu ribu rupiah dapat diperluas pula dengan kalimatHarga buku besar itu sepuluh ribu rupiah per buah. S P

Memperluas kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas.
Tidaktertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih.

kalimat efektif

                     KALIMAT EFEKTIF    


Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan,  perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.      

Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar Rebo?”  Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke pasar Rebo?”    

Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif. Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
- Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)
- Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
- Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
- Pada era zaman  modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)
- Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)

2.  Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :
- Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.)
- Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)
3.  Penggunaan imbuhan yang kacau :
- Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang
dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
- Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)
- Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)
4.  Kalimat tak selesai :
- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)
- Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
5.  Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :
- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.  
  (Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)

Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.                                 - Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang. (Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)

- Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)

 - tau = tahu    - negri = negeri  - kepilih = terpilih   
 
- faham = paham  - ketinggal = tertinggal  - himbau  = imbau 

- gimana = bagaimana  - silahkan = silakan  - jaman = zaman  

 - antri = antre  - trampil  = terampil  - disyahkan = disahkan

6.  Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :

- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)
- Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)
- Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)

7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
- Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)
- Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)
- Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)

8. Pilihan kata yang tidak tepat :
- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
- Bukunya ada di saya.(Bukunya ada pada saya.)

9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :

- Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan? (Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?   (Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)10. Pengulangan kata yang tidak perlu :- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)- Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)

11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :

- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)- Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?  (Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)

fiksi dan non fiksi

Fiksi dan non fiksi

Perbedaan antara fiksi dengan nonfiksi sebenarnya hanya terletak pada masalah faktual atau tidak, imajiner atau tidak.

Jadi, perbedaan antara keduanya sama sekali tidak ada hubungannya dengan gaya bahasa atau apapun selain masalah fakta atau imajiner.
Dengan demikian, bisa saja tulisan nonfiksi menggunakan gaya bahasa yang “nyastra”, mendayu-dayu, berbunga-bunga, sebagaimana halnya yang sering kita temukan pada naskah-naskah cerita pendek (cerpen) atau novel. Tulisan nonfiksi bisa saja menggunakan bahasa yang sangat serius, atau sangat santai dan selengekan, seperti buku Kambing Jantan karya Raditya Dika.

Dan – SECARA TEORI – bisa saja cerpen atau novel menggunakan bahasa yang serius dan formal seperti skripsi atau karangan ilmiah. Ya, itu bisa saja. Kenapa tidak? Jangan katakan itu tidak mungkin, sebab siapa tahu suatu saat nanti ada penulis yang berhasil menulis novel dengan menggunakan bahas ilmiah, tapi tetap asyik untuk dibaca.
Di dunia jurnalistik, kita juga mengenal istilah “jurnalisme sastra”, yakni penulisan berita (NONFIKSI) yang menggunakan gaya bahasa sastra, sehingga berita-berita yang kita temukan di majalah tertentu akan terasa seperti novel. Padahal yang ditulis di sana adalah KISAH NYATA atau FAKTA, atau NONFIKSI..

Kamis, 07 Januari 2010

cerpen

PERSAHABATAN


Ada tiga orang sahabat , meraka selalu bersama setiap saat hingga melupakan semua yang ada disekitar mereka , yang mereka pikirkan bahwa dunia ini milik mereka bertiga , banyak kejadian yang mereka alami selama mereka bersama-sama ,dari susah , senang , maupun duka mereka selalu melewatinya bersama – sama.

Hingga suatu hari mereka berkenalan seorang wanita dan mereka salig mencintai wanita yang mereka kenal sampai suatu hari mereka menceritakan wanita idama yang mereka kenal hingga akhirnya mereka berdebat dan bertengkar karena memperebutkan seorang wanita yang mereka kenal , meraka saling memperebutkan wanita itu untuk menjadi miliknya,mereka pun bersaing himgga persahabatan mereka terpecah.

Cukup lama mereka bersaing untuk mendapatkan wanita idaman mereka ,hingga si wanita ini terheran-heran karena mereka sama – sama merayu dirinya dan tidak biasanya tiga sahabat ini tidak pernah jalan bersama- sama lagi,tak lama wanita ini tersadar kenapa mereka tidak pernah jalan bersama seperti orang yang ia kenal,dikarnakan dirinya,dan akhirnya wanita inilah yang mempersatukan mereka kembali dan akhirnya wanita ini tidak memilih salah satu dari mereka ,semua hanya semata untuk persahatan mereka yang tak pernah pudar sebelum mereka mengenal si wania ini.

Dan tiga orang sahabat ini pun sadar akan kesalahan mereka bahwa persahabatan adalah sebuah keluarga kecil yang perlu dirangkul hingga akhir hanyat mereka.

YANG MO INFO